Apabila
kita menjejaki sirah Nabi Muhammad saw dari sisi yang berbeda, sekaligus
memupus keraguan terhadap kebrilianan beliau dalam berbagai bidang, kita akan
mendapati bahwa pribadi Nabi adalah seorang entrepreneur
sejati.
Entrepreneurship tidak sekedar dapat atau mampu mendirikan usaha.
Namun, lebih jauh adalah sikap profesional untuk menjalankan suatu usaha. Oleh
karena itu, entrepreneurship secara
luas bukan hanya diperlukan oleh para pengusaha, melainkan juga oleh karyawan.
Beruntung prinsip-prinsip entrepreneurship
ini telah pula diajarkan Nabi sebagai warisan sangat berharga bagi umatnya.
Sembilan
dari sepuluh rezeki itu terdapat dalam usaha berdagang
dan
sepersepuluhnya dalam usaha beternak. (HR. Ibnu Mansyuru)
Islam
bukanlah agama yang menafikan keinginan manusia untuk kaya dan memiliki harta.
Namun, Islam menekankan bahwa kekayaan harus dikelola dengan penuh
kehati-hatian agar tidak jatuh pada keharaman atau kemudharatan yang dibenci Allah Swt. Karena
itu, Islam juga membentangkan prinsip-prinsip ekonomi yang melatari
kegiatan-kegiatan untuk mecapai kekayaan dan kemakmuran.
Allah Swt
menggariskan bahwa seorang Muslim harus berusah menemukan rezekinya. Allah
menyenangi muslim yang gigih menemukan rezekinya dan mau berpayah-payah untuk
itu.
Allah
memberi rezeki kepada hamba-Nya sesuai dengan kegiatan
dan
kemauan keras serta ambisinya. (HR ath-Thusi)
Lalu, apa hubungan perniagaan
atau bisnis dengan sosok mulia bernama Muhammad saw? Hal ini adalah sesuatu
yang menarik dan perlu diungkapkan kepada kaum Muslim. Dalam usianya selama 63
tahun, Nabi Muhammad saw menghabiskan masa sebagai pebisnis lebih kurang 25
tahun. Adapun masa kerasulan beliau sendiri hanya selama 23 tahun. Dengan
demikian, beliau lebih lama melakoni diri sebagai pebisnis yang dimulai pada
usia 12 tahun dan pada usia 17 tahun sudah mulai mandiri.
Karena
itu, Muhammad saw jauh sebelum diangkat menjadi rasul telah ditempa lebih
dahulu sebagai seorang entrepreneur.
Kemandirian yang terbentuk tidak lepas dari sejarah hidup beliau yang lahir
dalam keadaan yatim karena ayahnya, Abdullah bin Abdul Muththalib wafat sebelum
ia lahir. Ayahnya adalah anak dari seorang pemuka Quraisy, tetapi merupakan
anak yang paling miskin meskipun ayahnya pun berprofesi sebagai pedagang.
Alhasil, Muhammad kecil kala itu hanya mewarisi sedikit sekali harta dari
ayahnya. Karena itu, Muhammad saw lahir dalam kepapaan.
“kegetiran
terkadang melahirkan jiwa kepemimpinan yang baik”
Secara sadar atau tidak, kaum
Muslim terkadang melupakan bahwa Nabi Muhammad saw adalah seorang businessman (pedagang) sukses pada
masanya. Fenomena ini terjadi karena umumnya kita menyempitkan pribadi Rasul
saw hanya sebagai pemimpin religious (keagamaan) belaka. Bahkan, kisah hidupnya
yang lebih lengkap dipaparkan setelah beliau diangkat menjadi rasul. Padahal
contoh-contoh yang ada pada diri Rasul saw itu begitu komprehensif dari mulai
kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Sebelum diangkat menjadi rasul, Muhammad
saw telah menunjukan pribadi yang menandakan ia akan menjadi manusia tersukses
sepanjang sejarah.
Bagaimana Muhammad saw membangun entrepreneurship? Julukan al-amin kepada
Muhammad saw tidak datang begitu saja tanpa beliau membangun kredibilitas dan
kapabilitasnya sebagai pebisnis tangguh. Unsur utama yang mengandung julukan
itu adalah KEJUJURAN yang melahirkan
KEPERCAYAAN banyak orang. Lalu, beberapa orang bijak pernah berkata: “Jika ingin menguji sahabat sejati, ajaklah
ia berbisnis.”
Hakikat entrepreneurship yang diajarkan Muhammad
saw. Pertama, kita perlu meyakini bahwa entrepreneurship
adalah sebuah pemelajaran dan bukanlah bakat yang dibawa sejak lahir. Entrepreneurship yang dilatih dan
dikembangkan dapat menjadi kapasitas kecerdasan yang mampu membantu kehidupan
seseorang untuk mempertahankan hidup dan memperbaiki kualitas hidup. Inti dari entrepreneurship adalah kemandirian yang
kemudian berubah menjadi kemampuan untuk berusaha atau menciptakan usaha.
Brilian
Cara Nabi:
Menjadi PENGUSAHA (entrepreneur) perlu
dipahami sebagai vocation (pekerjaan atau
karier) bukan option (pilihan).
Berniaga atau berdagang adalah aktivitas utama para pengusaha yang di dalamnya
terdapat jalan menuju kesuksesan. Hal keliru bahwa menjadi PENGUSAHA merupakan
pilihan atau jalan keluar jika seseorang sudah:
1.
Tidak diterima melamar ke mana pun (menganggur);
2.
Tidak diterima menjadi pegawai negeri sipil;
3.
Tidak dapat melanjutkan sekolah;
4.
Tidak dapat mengandalkan ijazah.
Proses
karier Muhammad saw ini bisa kita petakan ibarat menaiki sebuah menara yang
mengerucut tahap demi tahap. Perhatikan urutan yang menunjukan fase pembangunan
dan pengembangan diri seorang manusia. Usia
12 tahun adalah masa menumbuhkan minat dalam bidang entrepreneurship dengan pembiasaan dan pendidikan. Usia 17 tahun adalah masa memantapkan
minat sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidup yang jelas serta
bersungguh-sungguh dalam pendidikan. Usia
20 tahun adalah masa membina keseriusan untuk berkarier dengan melakukan
magang ataupun praktik langsung bekerja. Usia
25 tahun adalah masa menetapkan karier yang serius disalah satu bidang dan
membina diri menjadi ahli dibidang tersebut atau menjadi yang terbaik. Usia 30 tahun adalah masa mengembangkan
dan melejitkan karier sehingga seseorang memiliki waktu 20 tahun masa produktif
untuk bisa memaksimalkan karyanya.
Sebagai tambahan, dapatlah saya
petakan lima karakter entrepreneur
yang dapat disebut sebagai karakter MACAN seperti berikut. 1. Mulai dari Diri Sendiri, 2. Ambil Resiko, 3. Ciptakan Impian, 4.
Aksi Nyata, 5. Never Give Up!.
“Ada
kemauan ada jalan, tidak ada kemauan banyak alasan”
(M. Iqbal Santoso)
Wallahu’alam bi al Shoab,
@komarudin
soleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar